Gunung Prau via Patak Banteng, Dieng, 23-25 Des 2016

Udara dingin menyambut kami begitu sampai di Dieng sekitar jam 07.30 pada 24 Des 2016. Dan udara itulah yang saya rindukan sejak pertama ke Dieng pada Mei 2015. Kami segera turun di pertigaan Candi, berphoto sejenak di icon Dieng, lalu menuju tempat makan untuk sarapan dan meluruskan kaki sejenak. Perjalanan sejak jam 21.00 malam tadi dari Jakarta memang terbilang lancar, hanya tersendat saat masih berada di dalam kota. Kami melalui jalur Banjarnegara untuk menuju Dieng kali ini. Lebat hutan di kanan kiri jalur yang dilalui sudah memanjakan mata kami bahkan sampai AC dimatikan demi menikmati segar udara, selain karena jalur yang cukup menanjak dibeberapa ruas. Bahkan mobil kami sempat mundur kala hendak melalui tanjakan yang sangat tajam yang saat itu dikemudikan oleh Mbak Tri. Deg-degan sudah pasti, Alhamdulillah Bang Aank yang duduk di sebelahnya segera refleks mengerem tangan hingga tidak terjadi hal yang tak diinginkan.

Mie Ongklok menjadi pilihan favorit sarapan kali ini, meski sebagian tetap ada yang memesan nasi goreng. Saya dan Mbak Tri menikmati bekal buah yang dibawa, hanya memesan jeruk hangat sebagai pelengkap dan membungkus 2 porsi nasi goreng untuk dibawa ke atas nanti.

Selepas sarapan kami segera melanjutkan perjalanan menuju Patak Banteng. Awalnya kami ber-7, saya, Mbak Tri, Mbak Liza, Faizin, Bang Aank, Bang Noenk dan Bang Hadi, salah satu teman saat ke Sindoro juga, berencana nanjak santai melalui jalur Candi Dwarawati yang katanya cenderung landai dan turun kembali melalui Patak Banteng, namun mendadak rencana diubah. Kami akan naik dan turun kembali melalui jalur Patak Banteng kali ini. Sampai di salah satu rumah warga yang dijadikan Basecamp kami beristirahat. Membersihkan dan menyegarkan diri, dan ada yang kembali menikmati makanan yang tersedia. Tergoda dengan sayur kacang panjang, orek tempe dan ikan balado yang masih hangat akhirnya saya dan Mbak Tri juga memikmati sarapan kedua setelah buah tadi. Demikian dengan Bang Noenk dan Bang Hadi. Continue Reading

Menikmati Keindahan Dieng, 25-27 Nov 2016

Saat pertama kali wisata ke Dieng bareng Triphemat, bulan Mei 2015 saya jatuh cinta dengan keindahan alamnya dan berkata kalau suatu saat saya akan kembali lagi. Dan Alhamdulillah weekend kemarin, 25-27/11/16, keinginan tersebut terealisasi.  Saya kembali ke Dieng dengan mengikuti opentrip yang diselenggarakan oleh GWS tours. Rencana perjalanan akan dimulai dari meeting point Kalibata Mall dan peserta diharapkan berkumpul jam 18.00-19.00 agar bisa tiba di Dieng sabtu pagi jam 07.00-08.00.

Jumat, 25 November 2016

Saya menuju Kalibata mall dari BSD sekitar jam 16.30 dengan menumpang Bus Agra jurusan Bekasi yang akan keluar di pintu tol Lenteng Agung. Melihat situasi tol BSD-Veteran sangat lancar, saya berharap sekitar jam 18.30 paling lama sudah sampai Mal Kalibata.  Sayangnya, ketika bus kembali masuk tol setelah menurunkan dan menaikkan penumpang di Jl Veteran, kondisi jalanan berubah, berbanding terbalik dengan situasi tol BSD-Veteran. Mulai dari Pondok Indah jalanan padat merayap cenderung stuck. Sampai jam 18.00 bus masih berada di sekitar tol Pondok Indah, hingga saya yakin tidak akan terkejar jam 18.30 sampai di Mall Kalibata. Sepanjang perjalanan di tol saya berkomunikasi via WA dengan mas Mugi dari GWS untuk menginformasikan posisi serta meminta agar ditunggu sekiranya memungkinkan. Hal ini mengingat posisi bis di jalan tol yang tidak memungkinkan bagi saya untuk turun dan berganti moda transportasi lain. Hingga akhirnya sekitar jam 19.00 bis yang saya tumpangi keluar di pintu tol Lenteng Agung dan saya turun untuk melanjutkan perjalanan menuju Kalibata Mall. Menggunakan Jasa pak Ojek yang melintas di depan saya, akhirnya saya tiba di Kalibata Mall sekitar jam 19.15. Beruntung jalan raya pasar minggu tidak begitu padat malam itu. Mobil sudah siap berangkat dan saya segera masuk sambil minta maaf dan berterima kasih kepada semua peserta karena membuat mereka menunggu. Ya, sebagian peserta sudah standby sejak sebelum jam 18.00, sehingga saya tau rasanya menunggu lama, apalagi saya satu-satunya peserta yang paling lambat datangnya. Continue Reading